Hasratku Wanita

Mesum Dengan Gadis Cantik Tetanggaku Yang Masih Perawan


Cerita Skandal Sex Abg | Perjalanan pulang ke rumahku pada liburan kuliahku waktu itu memang melelahkan. Selain padatnya jalanan akibat musim liburan sekolah, hujan lebat juga terus mengguyur sepanjang perjalanan. Tapi membayangkan hangatnya kamarku membuat aku mampu menembus hujan deras itu di atas motorku. Beberapa jam kemudian sampailah aku di gang rumahku. Gang itu tadinya hanya sebuah kebun, kini berdiri tiga rumah di kebun itu. Rumahku, rumah pak Jaya di belakang rumahku dan rumah pak Ramli di samping rumahku.

Hujan turun semakin deras saat aku buka gerbang rumahku dan melihat Diana, anak gadis tertua pak Ramli duduk sendirian di depan rumahnya. Ia nampak meringkuk kedinginan di bangku depan rumahnya. Ku hampiri dia dan bertanya. “Diana, ngapain kok di depan rumah aja? Baru pulang sekolah ya?”

“Iya, mas. Aku baru pulang persami. Tapi ternyata bapak, ibu dan adik-adikku mendadak pergi ke luar kota menengok pakde. Kunci rumah yang aku pegang hilang waktu persami, jadi aku bingung harus ke mana. Mau ke rumah mas, bapak dan ibu mas juga sedang ke luar kota. aku ke rumah pak Jaya, ternyata nggak ada siapa-siapa. Mau ke rumah teman tapi hujan deras” Jawabnya sambil memandangku.

Pandangan matanya sungguh cantik. Diana memang cantik. Di umurnya yang belasan, tubuhnya terbilang ranum. Di SMU tempatnya bersekolah, ia dikenal sebagai sorang kembang sekolah. Karena aku pun kedinginan basah kuyup, sementara hujan semakin deras, aku pun berbasa-basi menawarinya untuk berteduh di rumahku. Di luar dugaan ku ternyata dia setuju. Tanpa banyak bicara, ku bukakan gerbang dan pintuku dan mempersilahkannya duduk di ruang keluarga. Ruang yang cukup hangat.

Diana berterimakasih dan masuk sambil menggigil kedinginan lalu aku tersadar, ternyata pakaian seragam sekolah yang dikenakannya basah kuyup. Lekuk-lekuk tubuhnya terlihat jelas karena pakaiannya lekat menempel. Sempat terlintas pikiran nakal yang membangunkan hasratku. Tapi cepat-cepat ku singkirkan pikiran itu. Besar resikonya kalau “makan” anak tetangga sendiri, hehehe.

Segera ku ambilkan handuk, kaos, celana training dan jaket dan kuberikan padanya. ” Diana, ganti aja dulu. Kalau perlu mandi aja sekalian di kamar mandi depan ya. Aku mandi di kamar mandi belakang.” Diana pun mengangguk.

Sekilas terbersit di pikiranku, ada kemungkinan Diana akan menanggalkan underwearnya dan hanya mengenakan pakaian yang aku berikan. Pikiran nakal dan bayangan tubuh indah yang sedang mandi di kamar mandi depan terus membayangi otakku. Sehingga aku pun tidak dapat menahan diri untuk onani membayangkan nikmatnya tubuh Dian.

Lima belas menit kemudian, terdengar telepon. Ku angkat dan ternyata ibuku yang menyuruhku meminta Diana menginap di rumah saja. Ternyata orang tua Diana menelpon orang tua ku dan menitipkan Diana pada mereka. Aha!!! Pikiran setanku makin menari-nari. Ku sampaikan pesan orang tua ku dan orangtuanya pada Diana.

“Ya udah, kamu tidur aja di kamar tengah, kamar tamu. Kalo butuh apa-apa atau pengen makan ambil aja sendiri” Kataku.

“Iya, mas makasih. Aku nonton sinetron dulu ya. Boleh kan?” Jawabnya.

“Boleh dunk. Oiya, aku laper, sekalian aku bikinin mi instan ya?” Tanyaku.

“Aku bantuin deh, mas” Katanya.

Akhirnya di dapur, kami berdua menyiapkan mi instan istimewa. Istimewa buatku, karena ruang dapur yang sempit membuat tubuh kami beberapa kali saling “bersentuhan”. Beberapa kali buah dadanya dan pantatnya yang lembut itu mendarat di punggungku. Gila! Tertutup jaket pun buah dadanya masih begitu membentuk. Aku pun mulai kewalahan menutupi batangku yang mulai berdiri.

Selesai masak, kami sepakat makan di ruang keluarga sambil menonton tv. Sementara di luar sana, hujan deras dan guntur masih terus mendera. Mie hangat, hujan deras, dan gadis cantik…benar-benar liburan sempurna, pikirku.

Diana memang seorang kembang, Bukan hanya karena kecantikan dan kemolekan tubuhnya, tapi juga karena kecerdasannya. Ngobrol dengannya benar-benar mengasyikkan. Sebegitu asyiknya sampai dia tak canggung mencubit dan bersandar padaku sembari terpingkal-pingkal menanggapi lelucon-leluconku. Ini tentu saja membuatku semakin kelimpungan menyembunyikan batangku yang semakin bersemangat. 

Hingga akhirnya DUARRR, terlihat kilat dan guntur yang sangat keras disusul padamnya lampu. Diana menjerit dan memelukku. “Mas, aku takut gelap” Jeritnya. “Iya, tenang, tenang ya. Mas cari lilin dulu” Kataku berusaha menenangkannya sambil memegang tangannya. Karena gelap, bukannya memegang tangganya, tanganku malah meleset ke dadanya. Padat dan lembut. 

Ketakutannya membuat Diana tidak peduli dan terus memelukku. ” Nggak usah, mas. Aku takut” Rengeknya. Akhirnya aku pun memeluknya sambil mengelus-elus punggungnya. Perlahan nafsuku makin memuncak. Dan usapanku turun ke pantatnya dan berganti menjadi remasan yang engarah ke selangkangannya. Diana terpekik dan mendorongku, tapi aku tarik dan perketat pelukanku. Diana terus saja mendorongku dan ia semakin panik ketika tidak sengaja ia menyentuh selangkanganku. 


Diana menyentuh batangku yang berdiri sempurna. “Lepasin, mas” Pekiknya. Tapi nafsuku sudah di ubun-ubun. sehingga bukan melepasnya, tapi aku mendorongnya merebah, dan menindihnya. Ku ciumi dia yang memukuliku. Aku tak peduli, terus saja ku ciumi lehernya dan dadanya yang ternyata tidak memakai apa-apa lagi selain kaos dan jaket yang aku berikan. 

Ku lepaskan ikat pinggangku dan dengan susah payah kuikat kedua tangannya ke ujung sofa. Diana menjerit minta tolong, tapi derasnya hujan dan petir yang bersahutan menelan jeritannya. Ku buka zipper jaket yang dikenakannya, dan menyingkap kaos yang menutupi dadanya. Tepat ketika kaos nya berhasil ku singkap, lampu kembali menyala. Walhasil terlihatlah pemandangan yang luar biasa.

Air mata yang meleleh di pipinya menambah kecantikan Diana. Buah dadanya yang putih, besar dan padat tidak tertutupi lagi, menantang dengan puting coklat muda yang ranum, semakin menantang karena tangannya terikat ke atas. Ku buka seluruh pakaianku sambil terus menindihnya dan menikmati buah dadanya. Ku remas-remas, ku pilin-pilin putingnya, ku ciumi, gigit, hisap dan jilati kedua buah dada beserta putingnya sampai putingnya menegang dan memerah. 

Diana terus saja meronta dan menangis, tapi beberapa menit kemudian ia tidak lagi menjerit, bahkan sesekali mendesah ketika aku meremas dan menghisap putingnya.Perlahan ku selipkan tanganku ke balik celana trainingnya, yang seperti dugaanku, ia tidak mengenakan apa pun di baliknya sehinga aku dengan mudah bisa menyentuh semak-semaknya dan menekan bukit kecil di baliknya. Ku rasakan vaginanya telah basah. 

Ku usap-usap dan gesek klitorisnya dengan jari tengahku. Diana pun menggeliat dan melenguh lembut saat jariku menari-nari di klitorisnya. Tubuh Diana bergetar hebat saat aku menekan dan menggesekan jariku kuat-kuat di klitoris dan vagnya. Ku tarik lepas celananya, Diana tersentak dan merapatkan kakinya. Ia menendang-nendang liar namun kakinya justru dengan mudah bisa ku tangkap dan ku rentangkan. 

Ku tindih Diana, dan kuletakkan batangku persis di depan klitorisnya, kutekan dan gesekkan kepala batangku ke klitorisnya yang basah dan hangat itu. Diana kembali meronta, namun tidak lama kemudian rontaannya menjadi gelinjang nikmat, dan pekikannya menjadi lenguhan serta desahan yang membuatku semakin bersemangat meremas buah dada, menjilati dan menghisap puting dan menggesekkan batangku pada klitorisnya.

Perlahan ku rasakan Diana mulai pasrah, kakinya mulai meregang, gelinjangannya kini seirama dengan gesekan kepala batangku. Perlahan Diana memanggilku “Massss, mas boleh ngapain aja, tapi jangan dimasukkin. Aku masih perawan, mas.” Bisiknya sambil sesenggukan. “Kenapa, Diana? Percayalah, mas bertanggung jawab. Lagi pula mas ingin kamu juga menikmati ini sampai puncak” Jawabku sambil menempatkan kepala batangku di depan vaginanya. 

“Nggak, mas! Jangan! Ooooh, nggaaaak, Diana nggak mauuu!” Jeritnya. “Oooh, sakit mas, sakit , aaah, oooh!!!” Pekiknya ketika perlahan ku dorong batangku memasuki liang sempit yang licin dan hangat. Diana meronta, namun gerakannya malah membuat batangku masuk semakin dalam dan dalam sampai ke pangkalnya.

Ooooh, nikmatnya. Ku rasakan bau anyir darah perawan yang membasahi batangku ketika dengan seperlahan dan selembut mungkin ku tarik batangku keluar, hanya sedikit gerakan yang kubuat untuk meminimalisir rasa sakit Diana. Dan sepertinya gerakanku tepat, karena pekikan kesakitan Diana mulai berubah menjadi desahan, walau ia masih meronta dan menangis. Makin lama ku rasakan vaginanya makin rapat menjepit batangku, tapi juga semakin licin, maka kepercepat ayunan pinggulku yang membuat batangku semakin deras menghunjam dan tertarik dari vagina Diana.

Diana mengelinjang dan mendesah mengikuti irama pompaanku. Ia tidak lagi menangis, Diana kini malah terpejam-pejam dan menggigit bibirnya. Buah dadanya nampak indah berguncang setiap kali kutusukkan batangku dalam-dalam. Seksi sekali, Semakin cepat ku pompa batangku di dalam vaginanya. Desahannya pun kini berubah menjadi erangan nikmat. Perlahan ku lepas ikatan tangannya. Dan tangannya pun menggapai-gapai dan mencengkeram erat sofa lalu memeluk kepalaku yang sedang mengulum dan jilati putingnya. Disembunyikannya wajahnya yang terlihat semakin menikmati perkosaan ini. 

Hingga akhirnya tubuhnya mengejang, dan ku rasakan vaginanya menggenggan kuat batangku. Ku percepat ayunanku, sampai akhirnya aku tidak lagi dapat menahan diri untuk menyemburkan air maniku di dalam liang vaginanya. “Aaaah, Diaaaanaaaa, kamu nikmat sekali, sayang!” bisikku sambil mengulum daun telinganya. Ku tarik batangku perlahan dan setelah lepas, mengalir keluarlah air maniku melalui lubang kenikmatan Diana. Diana telentang lemas dengan nafas memburu dan peluh membasahi seluruh tubuhnya. Ku peluk tubuh indah dan ciumi wajah cantiknya.

Perlahan ku usap wajah Diana, dan menyeka air matanya. Ku cium kening dan bibirnya. Diana mendorongku pelan, dan berbisik “mas, bener kan mau bertanggung jawab?” “Ya, sayang” Jawabku. Diana pun memelukku yang segera ku balas dengan pelukan dan pagutan di bibirnya. Dia pun membalasku. “Malam ini Diana punya Mas, Mas boleh nikmati tubuh Diana sepuasnya” Bisiknya sambil memelukku. Ku gendong ia ke kamar, dan malam itu, ditemani hujan deras yang turun sepanjang malam, kembali ku ”perkosa” Diana. Kusetubuhi Diana berkali-kali sampai fajar menjelang.

Tidak ada komentar