Hasratku Wanita

Cerita Desahan Skandal Sex Perkosa Gadis Abg Cantik Secara Brutal


Cerita Skandal Sex Abg | Dalam keadaan yang tidak sadar dan kepala masih terasa pusing, aku sungguh lupa ingatan sedang apa dan dimana ternyata saat aku jalan sendirian di jalan yang sangat sepi aku di culik dan posisiku saat ini dengan tangan rasanya nyeri aku lihat ternyata tanganku terikat tambang dengan kuat, lebih kagetnya lagi pakaianku berada di sampingku ternyata tubuhku dalam keadaan telanjang bulat.

Kemudian ku dengar erangan dan rintihan wanita, yang rasa-rasanya aku mengenali suara itu, saat pandanganku mulai jernih, aku melihat ternyata aku tidak sendiri di ruangan itu, di tengah ruangan ada meja kecil, dan di atas meja tersebut tampak sesosok tubuh gadis berkulit putih dalam keadaan tubuh nyaris telanjang bulat, hanya tersisa BH yang menutup payudaranya yang membukit indah, tali kutangnya telah terlepas sehingga semrawut dan menampakkan sebagian besar kulit putih mulus yang menggunung itu. Tangan gadis itu terikat di belakang punggung, meja kecil itu hanya dapat menampung punggung gadis itu, sehingga kepala gadis itu jatuh menengadah.

Di depan gadis itu tampak seorang pemuda bugil sedang memeluk kedua paha gadis itu yang tersandar di pundak kiri kanannya, sambil membuat gerakan maju mundur. Suara rintihan yang kudengar berasal dari gadis itu, samar-samar masih dapat kudengar, “Ooohh… amppunnnn… akkhh… ooohhh… jangann… jangannn… oh.. sakit..” Darahku tersirap menyadari bahwa suara itu sangat mirip Lina, atau memangkah gadis yang sedang diperkosa itu Lina? Aku tidak pernah melihat Lina telanjang, tapi tubuh indah di atas meja itu memang seperti postur tubuh Lina.

Setelah beberapa saat pandanganku semakin jelas, tampaklah bahwa gadis itu memang Lina! Sweater, kaos dalam, celana jeans, dan celana dalam Lina tampak berserakan di lantai. Aku melihat perkosaan itu dengan marah, namun aku tak berdaya menolong karena menolong diri sendiri saja aku tidak mampu, dan entah mengapa, setelah beberapa saat melihat Lina yang tak berdaya dalam keadaan nyaris bugil, tak dapat ditahan batang kemaluanku pelan-pelan menegang keras.

Pria yang sedang memperkosa Lina terus memompa batang kemaluannya masuk ke dalam liang kemaluan Lina. Tampak Lina berusaha mengatupkan pahanya namun pria itu melebarkan kaki Lina sehingga berbentuk huruf V, dan terus memompa masuk dengan buas. Kemudian tangannya menyentakkan BH Lina dengan kasar dan tampaklah bukit kembar Lina terpentang bebas, membusung menantang dan sangat menggairahkan, bahkan dalam posisi dada yang agak tertarik karena kepala Lina yang menengadah ke bawah.

Payudara itu masih tampak montok dan padat, pemerkosa itu terus memompa sambil tangannya meremas-remas payudara Lina itu. Tiba-tiba pintu terbuka, dan muncul sekitar 3 pemuda yang berpakaian lengkap, mereka tertawa-tawa melihat temannya sedang memperkosa Lina. Salah satu melihat padaku dan berkata, “Eh, lihat.. pacarnya sudah bangun!” semua mata pemuda itu tertuju padaku, “Eh… liat tuh! dia ngaceng juga… mau pacarnya… tapi keduluan, si Doel sudah duluan jebolin keperawanan pacarnya, hahaha…!” Pemuda bugil yang sedang memperkosa Lina, yang dipanggil Doel itu, menyeringai. Lalu ketiga pemuda yang baru datang itu mendekatiku.

“Hei Itu pacar kamu kan!” Aku diam saja, lalu satu tinju mendarat di perutku hingga perutku perih rasanya, “Kamu bisu ya? cewek itu pacar kamu bukan?” Terpaksa aku menjawab lirih dan menjelaskan kami saudara sepupu. “Oh.. kakak kamu toh… Hm.. kepengen nggak kamu kakak sendiri? Di liat dari elo sih.. elo pingin.. hahaha…” Aku marah sekali, saat itu kemaluanku telah lemas kembali karena birahiku yang tak sengaja muncul tadi telah hilang.

Doel rupanya telah selesai memperkosa Lina, ia lalu menuntun Lina yang tampak sudah lemah ke tempat kami, “Ini nih… gue mau liat kakak adik ngent*tan!” katanya tertawa, kemudian Lina ditampar dengan kuat. Hingga Lina menangis, “Elo harus kulum tuh peler adik elo, cepat! Kalo nggak gua potong peler adik elo dan pentil susu elo!” Doel lalu melepaskan ikatan tangan Lina dan mendorong Lina ke arahku, dengan terpaksa Lina mendekatiku yang masih tergantung, kemudian dengan ragu-ragu mulutnya menyentuh ujung batang kemaluanku, walau hanya tersentuh sedikit, aku tak dapat menahan dan batang kemaluanku perlahan-lahan menegang, “Ayo makan tuh peler! cepat!”

Seorang pemuda mengeluarkan pisau lipat dari sakunya dengan sikap mengancam, terpaksa Lina mulai mengulum kemaluanku dan menggerakkannya maju mundur, sehingga batang kemaluanku mengacung dengan keras sepanjang 12 cm. “Ayo masukin batangnya ke dalam mulut sampai habis! jangan keluarin dari mulut kamu sampai gua perintahin!”

Dengan ketakutan Lina mengulum batang kemaluanku dalam-dalam dan menggerakkannya maju mundur, sehingga mulutnya yang mungil tampak penuh dan sesekali pipinya menggembung oleh kepala kemaluanku, tak berapa lama aku tak tahan lagi dan orgasme, Lina tampak kaget merasakan cairan kental dan hangat berkali-kali menyemprot kerongkongannya, namun ia tidak berani melepaskan mulutnya dari batang kemaluanku, ia berusaha membuang spermaku walau telah banyak tertelan olehnya, beberapa tetes spermaku keluar mengalir dari bibirnya.

“Wah, adik elo payah banget! sudah tongkolnya kecil, cepat keluar lagi!” pemuda-pemuda itu mengejekku lalu mereka mendekat dan menjambak rambut Lina, “Elo harus liat gimana caranya!” kata salah seorang pemuda sambil menyeringai padaku. Mereka lalu membuka baju hingga bugil, keempat pemuda yang telah telanjang bulat itu lalu menelungkupkan Lina di atas meja, sehingga payudara Lina menempel di atas meja dan Lina dalam posisi menungging, kemudian dengan buas mereka mulai memperkosa Lina secara bergantian, sehingga Lina menjerit-jerit dan melolong histeris, batang kemaluan mereka rata-rata besar dan panjang, sekitar 16 cm lebih, dan secara bergantian kemaluan-kemaluan itu mengaduk-aduk liang kemaluan Lina yang semakin lama semakin lemas. Lina disenggamai bergantian oleh mereka berempat dengan posisi gaya tersebut, kemudian mereka juga menyetubuhi Lina di atas kursi.

Sambil memperkosa Lina, mereka sesekali mengejekku. “Hei.. elo tau nggak kakak elo ini sebenarnya keenakan dient*t sama kita-kita, buktinya memiaw dia basah banget nih! ” kata pemuda yang dipanggil dengan nama Anto, ia berkemaluan paling besar dan panjang di antara mereka berempat, saat itu ia sedang mengerjai Lina. Tangan Lina kembali diikat di belakang punggung, Anto duduk di atas kursi sementara Lina di atas pangkuannya dengan paha mengangkang dan posisi berhadapan.

Dengan posisi duduk, buah dada Lina tampak sangat menggairahkan, apalagi dengan tubuhnya yang ramping, tampak buah dadanya tergantung indah, padat dan berisi dengan putting susunya yang masih mungil dan berwarna kemerahan. Lelaki yang memperkosa Lina itu meremas-remas kedua belah payudara Lina dengan bernafsu, kadang ia mendempetkan kedua buah dada itu lekat-lekat sehingga belahan payudara Lina terbentuk indah di hadapannya.

Pemuda itu terus memperkosa Lina dengan brutal sehingga tubuh Lina tergoyang-goyang. Lina hanya dapat merintih-rintih dalam keadaan antara sadar dan tidak. Sambil terus memompa Lina, ia tertawa-tawa disaksikan teman-temannya yang tidak sabar menanti giliran, “Elo mau bukti kakak elo ini keenakan? perhatikan baik-baik nih!” ejeknya lagi padaku.

Lalu tiba-tiba pemuda itu berhenti memompa Lina, secara refleks Lina melenguh dan mulai menggerak-gerakan pantatnya sendiri agar tetap dikocok oleh kemaluan pemuda itu, “Hahaha… elo liat kan? Kakak elo ini yang minta dient*t tuh!” Pemuda itu tertawa sambil memeluk tubuh Lina, tangannya mengelus-ngelus punggung putih mulus Lina sementara buah dada Lina yang kenyal terjepit di dadanya yang berbulu.

Rupanya Lina mendengar perkataan itu, wajah Lina tampak memerah karena malu dan marah, lalu tubuhnya diam tak bereaksi, pemuda itu menjadi marah dan menarik kuat-kuat kedua buah dada Lina. Satu ditarik ke atas dan satu ditarik ke bawah bergantian dengan keras sehingga Lina menjerit-jerit kesakitan, “Dasar cewek munafik…! keenakan aja sok menderita!

Gua bikin elo orgasme dan elo nggak bisa bohong bahwa elo keenakan minta diperkosa!” Dengan bernafsu kembali pemuda itu memperkosa Lina, sesekali ia kembali menghentikan pompaannya, dan secara refleks kembali Lina ganti menggoyangkan pantatnya maju mundur, selama beberapa saat hingga Lina sadar dan dapat mengendalikan tubuhnya.

Hal itu terjadi berkali-kali, bahkan saat pemuda itu mendorong tubuh Lina hingga batang kemaluannya keluar dari liang kemaluan Lina. Secara refleks diluar kemauan Lina sendiri. Tubuh Lina kembali merapat sehingga batang kemaluan itu kembali terbenam ke dalam liang senggamanya sambil kaki Lina melipat erat seolah-olah takut lepas.

Pemuda itu semakin lama tampak semakin ganas memperkosa Lina, hingga selang beberapa saat tampak tubuh Lina berkelonjotan dan menegang, kedua kakinya mengacung lurus dengan otot paha dan betisnya mengejang, jari-jari kakinya menutup, dan nafas Lina tak teratur sambil terus merintih keras dan panjang, “Ohhh… Akkkhhh… Ooohhh…!” pemuda itu semakin mempercepat gerakannya hingga akhirnya membuat Lina merintih panjang.

“Ohhh… ” seluruh tubuh Lina menegang dan menggelinjang selama beberapa detik dan aku sadar bahwa Lina sedang mengalami orgasme dahsyat dan kenikmatan luar biasa. Setelah berkelonjotan sesaat, tubuh Lina tumbang dengan lemas di pelukan pemerkosanya. Pemuda itu masih terus memompa Lina yang telah lemas sambil nyengir senang dan berkata, “Hehe.. elo liat kakak elo ini… dia demen ngent*tan juga kok… hahahaha…!”

Tiba-tiba pintu kembali terbuka, dan alangkah kagetnya aku melihat begitu banyak pemuda yang masuk, sekitar 10 orang lebih, termasuk salah seorangnya adalah pria besar tegap yang menghajarku. Tanpa banyak bicara mereka ikut menikmati tubuh Lina, masing-masing pemuda itu memperkosa Lina dengan posisi yang bervariasi.


Rasanya semua posisi yang pernah kulihat di film biru telah mereka praktekkan semua pada Lina. Khusus giliran pemuda berbadan besar yang dipanggil Heri itu memperkosa, Lina tampak sangat menderita karena batang kemaluan Heri benar-benar besar dan panjang, kutaksir lebih dari 20 cm. Dalam waktu singkat tubuh telanjang bulat Lina telah mengkilap basah oleh keringat dan sperma.

Entah berapa lama Lina diperkosa hingga pingsan berkali-kali, namun mereka selalu menyadarkan Lina lagi dengan menampar dan menyiramnya dengan air, lalu kembali memperkosa dengan brutal. Aku menutup mata tak ingin melihat penderitaan Lina. Lina yang menangis dengan air mata yang telah habis, tampak Lina sedang disodomi, di sebelahku Lina juga tengah diperkosa, payudara Lina yang padat dan ranum tampak bergoyang-goyang keras, pria di belakang Lina tanpa bosan-bosannya meremas-remas dan menarik-narik buah dada Lina dengan brutal, bagaikan memerah susu sapi.

Kini Lina diletakkan di atas lantai beralas tikar, pemuda yang sedang menggilir Lina melebarkan kaki Lina sehingga membentuk seperti kaki kodok, dengan posisi itu ia menghujamkan batang kemaluannya yang panjang dan besar keluar masuk dengan cepat dan keras ke dalam liang kemaluan Lina. Sementara salah satu pria memaksa Lina mengulum batang kemaluannya, sehingga mulut Lina yang mungil penuh dengan batang kemaluan besar itu, kemudian pemuda yang memperkosa Lina berganti posisi, ia menduduki tubuh Lina lalu meletakkan batang kemaluannya yang panjang di antara dua bukit kembar Lina.

Tangannya mendempetkan buah dada Lina hingga menjepit batang kemaluannya yang kemudian dimaju-mundurkan. Selang beberapa saat dari batang kemaluannya menyembur sperma yang menyemprot wajah dan leher Lina, kemudian sisa-sisa spermanya dioleskan pada kedua buah susu Lina. Aku menutup mataku agar tidak melihat penderitaan Lina, tapi masih saja kudengar rintihan Lina yang semakin lama semakin lemah, gerombolan pemuda itu tak henti-hentinya mengucapkan kata-kata kotor. Tiba-tiba pimpinan mereka Heri mendekat.

“Sekarang giliran elo menikmati kakak elo ini… elo kan sudah banyak belajar dari tadi! Hahaha…” lalu tubuh Lina yang telah lemah lunglai dicampakkan ke atas tubuhku, aku memeluk tubuh Lina yang telanjang bulat, sambil membelai rambutnya aku berbisik, “Tabah ya.. Lina…” walaupun aku sendiri sangat ketakutan, Lina hanya dapat mengangguk lemah sambil menangis sesunggukan.

“Hei! kalian tunggu apa? ayo ngent*tan! kita pingin liat nih… yang cewek di atas!” seru Heri sambil mengacungkan parang yang membuat kami ketakutan, Lina lalu menurut dan memasukkan liang kewanitaannya ke dalam batang kemaluanku yang memang telah menegang keras saat aku memeluk Lina dan buah dada Lina yang walaupun lengket oleh sperma, tapi terasa kenyal dan hangat menekan dadaku.

Aku serasa berada di awang-awang saat batang kemaluanku menembus kemaluan Lina yang beberapa jam lalu masih perawan, seluruh batang kemaluanku terbenam ke liang kemaluan yang sempit itu dan aku merasa batang kemaluanku dijepit dengan kenikmatan yang tiada taranya. “Ayo kamu goyang adik elo selama dua menit! Setelah itu angkat memiaw kamu, adik elo harus masih ngaceng kontolnya, kalo cepat keluar, mending kita potong dan masak kontolnya buat makanan ayam!” Lina lalu mulai menggoyangkan pinggulnya naik turun, aku tak dapat menahan sensasi yang tak pernah kurasakan itu, dan baru beberapa detik Lina memompa, aku telah mengalami ejakulasi dan spermaku menyemprot keluar, tidak terlalu banyak karena aku telah mengalami orgasme tadi.

Lina juga merasakan aku ejakulasi, ia kini menggoyangkan pinggulnya maju mundur agar tidak ketahuan aku telah orgasme. Lina menggunakan rambut kemaluannya yang lebat membantu untuk mengelap cairan spermaku yang meleleh keluar dari liang kewanitaannya. Sementara batang kemaluanku yang masih berada di dalam kemaluan Lina perlahan mulai mengecil. Selang dua menit, Heri berkata keras, “Eh.. Lina, angkat memiaw elo! Kita mau liat adik elo masih ngaceng nggak.. jangan-jangan elo pura-pura doang, ngaduk-ngaduk yang sudah loyo!”.

Lina menggeleng sambil menangis, “Nggakk… dia masih tegang, benar… sumpah…” Lina berusaha melindungiku. “Angkat memiaw elo gua bilang!” bentak Heri menggelegar. Lina tetap membuat gerakan maju-mundur sambil berkata, “Jangan… saya tidak bohong… ini masih tegang…” Si Heri dengan kasar lalu mendorong tubuh Lina hingga jatuh, ia tertawa melihat batang kemaluanku telah jatuh lemas.

“Hahaha.. dasar banci! Kamu masih suka berlindung di bawah ketiak kakak cewek elo ya? Tapi elo masih harus muasin kakak elo… ayo kocok dan cuci memiaw dia sama tangan elo!” Aku dipaksa merangkak mendekati Lina, Lina diperintahkan terlentang dan mengangkangkan kedua pahanya, lalu aku dipaksa memasukkan jariku ke dalam lubang kemaluan Lani dan mengocoknya.

“Hei.. kalo cuma satu jari mana puas kakak elo!” Aku lalu memasukkan dua jariku ke dalam liang kemaluan Lina, lalu atas perintah mereka kukocok-kocok liang kemaluan Lina itu dengan kuat dan cepat, sehingga Lina merintih-rintih dan kedua pahanya tampak bergetar menahan sensasi yang kutimbulkan. Memandang Lina yang tidak berdaya itu. Perlahan kembali batang kemaluanku mengacung. “Nah.. elo ngaceng lagi akhirnya… ayo sekarang dua-duanya ngent*tan yang panas!” Aku lalu memeluk Lina sambil sesekali meremas perlahan buah dadanya, lalu aku kembali berbisik.

“Maaf ya Lina…” Lina hanya menatap kosong sambil mengangguk pelan. “Heh! Ini bukan acara gaya kura-kura! elo berdua… ayo bercinta yang panas, kalo tidak gua bikin bakpao pantat-pantat elo!” Dengan ketakutan akhirnya aku dan Lina menurut, kami lalu bergumul dengan panas di atas lantai papan itu dalam keadaan sama-sama telanjang bulat, saling merangkul dan berciuman, tanganku sesekali meremas buah dada Lina. Sementara tangan Lina melingkari batang kemaluanku dan mengocoknya, tak pernah kubayangkan aku akan melakukan hal ini pada kakak sepupuku sendiri. Kawanan itu tertawa senang melihat kami kakak beradik bergulat dalam keadaan telanjang bulat di atas lantai.

“Hei..! ini bukan film bisu! Kalian ucapin kata-kata merangsang! Cepat..!” Terpaksa kami menurutinya, “Ohh.. saya jilat susu kakak ya? Hmmpphh… saya remas-remas ya?” kataku sambil mengulum puting susu Lina dan meremas-remasnya. elo maen sinetron ya? ngent*tan aja kata-katanya sok sopan! Dasar tolol… dan yang cewek, kalo elo diam aja nanti toket elo gua cabut dari tempatnya dan pentil susu elo gue goreng!”

Dengan ketakutan kami menurutinya, sambil terus bergumul dan saling memompa, kami terus mengucapkan serentetan kata-kata tanpa berpikir lagi, karena ngeri melihat parang Heri yang mengacung ke arah kami jika kami tidak bersuara. “Oh… gue ent*t elo, susu elo enak.. mantap… gue ent*t seharian ya, Lina?” Tanpa berpikir kukeluarkan kata-kata itu, sementara Lina juga menimpali tanpa berpikir.

“Ahh… anu elo… panjang… masukkin yang dalam… lebih cepat… ohh…” Mereka semua tertawa-tawa, Heri rupanya telah sangat terangsang melihat Lina, ia mendekat dan menjambak rambut Lina dan menarik Lina ke dalam pelukannya, “Elo liat baik-baik gimana caranya cewek!” katanya padaku.

Tubuh Lina lalu diangkatnya dengan mudah, dengan posisi berdiri ia menggendong Lina dengan mengangkat pantat Lina, terpaksa Lina memeluk leher Heri yang tinggi kekar agar ia tidak terjatuh ke belakang, lalu dengan buas Heri memompa batang kemaluannya yang luar biasa panjang dan besar masuk ke dalam liang kemaluan Lina. Heri yang besar setinggi 180 cm lebih itu memompa Lina yang setinggi 157 cm dengan posisi itu dengan mudah. Batang kemaluannya dengan deras amblas keluar masuk ke dalam kemaluan Lina sehingga tubuh Lina terguncang hebat, buah dadanya terhentak-hentak naik turun.

Tak berapa lama tubuh Lina kembali menggelinjang dan ototnya menegang, diringi dengan rintihan panjang Lina kembali mengalami orgasme hebat. Heri tidak berhenti dan belum mengalami ejakulasi, pompaannya semakin bertambah kuat. Lina semakin lama tampak semakin lelah dan lemah, sementara batang kemaluan Heri semakin hebat saja mengaduk liang kemaluannya dalam posisi berdiri. Akhirnya tanpa dapat dicegah tubuh Lina jatuh lunglai ke belakang, pelukannya pada leher Her lepas, Heri membiarkan tubuh Lina jatuh tetapi ia tetap memegang kokoh pinggul Lina yang sedang digoyang habis-habisan, sehingga Lina terjuntai tak berdaya.

Tangan dan rambutnya menyentuh lantai sementara tubuhnya masih tetap digendong dan liang kemaluannya disodok-sodok dengan kejam dan buas. Heri melakukannya sambil berjalan dan tertawa-tawa, sehingga Lina ikut terseret kemana ia melangkah. Setelah puas mengocok Lina dengan posisi itu, Heri lalu mengangkat pinggul Lina naik hingga ke dada. Tubuh Lina kembali terangkat dengan kepala di bawah, sehingga batang kemaluan Heri membentur-bentur punggung mulus Lina.

Heri yang mempunyai tenaga besar itu kembali menaikkan pinggul Lina hingga kemaluan Lina terhidang di depan mulutnya, dengan rakus ia melumat habis kemaluan Lina dengan mulutnya. Kemudian ia memutar tubuh Lina sehingga kini wajah Lina ditampar-tampar oleh batang kemaluannya yang besar dan sangat keras. Heri kembali melumat kemaluan Lina dengan penuh nafsu, jari-jari tangannya juga menyodok-nyodok anus Lina yang masih terjuntai pingsan, dengan posisi ini akhirnya Heri berejakulasi, spermanya dengan deras membanjiri wajah Lina hingga ke rambut, dan menetes-netes ke lantai papan. Setelah itu kembali Lina digilir oleh teman-teman Heri yang lain, tidak perduli Lina telah pingsan dan tidak dapat bangun lagi walaupun ditampar dengan kuat dan disiram dengan air.

Setelah puas, mereka lalu mencampakkan kami ke lantai, menunggu Lina sadar kembali, lalu mereka beramai-ramai mengelilingi kami dan mengencingi tubuh kami, bahkan aku dipaksa minum air kencing mereka, sementara Heri memaksa Lina mengulum batang kemaluannya, lalu ia mengencingi Lina dengan cara seperti itu dan memerintahkan Lina menelan semua air kencingnya.

Akhirnya setelah puas lalu mereka menyekap kami, memberi sedikit makan dan minum dan baru melepas kami pada saat tengah malam tanpa memberi kami pakaian, terpaksa kami berjalan kaki tertatih-tatih pulang ke rumah kontrakanku yang berjarak sekitar 200 meter dari situ dengan keadaan telanjang bulat. Kami mengendap-ngendap hingga akhirnya sampai, kami merasa lega, rahasia ini tetap kami pendam, selain mereka mengancam jika melapor polisi maka kami akan dibunuh, kami juga malu menceritakan pengalaman pahit ini.

Yang penting kami telah lepas dari mimpi buruk itu, sehari setelah kejadian itu aku langsung pindah rumah kontrakan ke tempat yang lebih jauh dan kami merasa bebas dari bajingan-bajingan itu. Namun ternyata kami salah mengira, kejadian malam itu barulah awalnya, karena kejadian yang akan menimpa Lina kemudian jauh lebih brutal lagi.


Tidak ada komentar