Hasratku Wanita

Cerita Skandal Dewasa Teman Ayahku Telah Merenggut Keperawananku


Cerita Sex Keperawanan | Kisah cerita skandal sex yang telah aku alami beberapa tahun yang lalu yaitu peengalaman skandal sex pertama yang tak ku duga yang terjadi ketika aku masih duduk di bangku sekolah SMP. Cerita skandal sex pertamaku itu ku alami bersama teman ayahku yang bernama Om Agung. Karena hubungan yang sudah sangat dekat dengan Om Agung, Om Agung sudah di anggap seperti saudara sendiri di rumahku. Om Agung orangnya ganteng dan usianya ketika itu sekitar 28 tahun. Selain ganteng Om Agung juga memiliki tubuh tinggi dan tegap, dengan bentuk dada yang bidang.

Awal mula kejadian ini ketika liburan semester, waktu itu ayah dan ibuku harus pergi ke jombang karena ada sodara yang menikah. Karena kami dan Om Agung sudah cukup dekat, maka aku minta kepada ayah dan ibuku untuk menginap saja di rumah Om Agung yang tidak jauh dari rumahku selama empat hari itu. Om Agung sudah beristri, tapi belum punya anak. Istri Om Agung seorang karyawan di perusahaan swasta, sedangkan Om Agung belum punya pekerjaan tetap. Om Agung adalah seorang makelar mobil. Hari-hari pertama kulewati dengan ngobrol-ngobrol sambil bercanda ria, setelah istri Om Agung pergi ke kantor.

Om Agung sendiri karena katanya belum ada orderan untuk mencari mobil, jadi tetap di rumah sambil menunggu telepon kalau-kalau ada langganannya yang mau mencari mobil. Untuk melewatkan waktu, sering juga kami bermain permainan seperti monopoli, atau main kartu, karena Om Agung orangnya sangat pandai bergaul dengan siapa saja. Pada suatu siang, setelah kami makan siang, tiba-tiba Om Agung berkata kepadaku.

“Va.. kita main dokter-dokteran yuk.., sekalian Nova, Om periksa beneran, mumpung gratis”. Memang kata ayah dulu Om Agung Pernah kuliah di kedokteran, namun putus di tengah jalan karena menikah dan kesulitan biaya kuliah.

“Ayuukk..” sambutku polos tanpa curiga.

Kemudian Om Agung mengajakku ke kamarnya, lalu Om Agung mengambil sesuatu dari dalam lemarinya, rupanya Om Agung mengambi stetoskop, mungkin bekas yang dipakainya waktu kuliah di kedokteran dulu.

“Nah sekarang kamu buka baju deh, terus tiduran di tempat tidur.” Mulanya aku agak ragu-ragu. Tapi melihat wajahnya yang bersungguh-sungguh akhirnya aku menurutinya.

“Iya Om” kataku, lalu kubuka bajuku, dan mulai hendak berbaring. Namun Om Agung bilang,

“Lho.. BH nya sekalian dilepas dong.., biar Om gampang periksanya. Aku yang waktu masih polos, dengan lugunya aku melepas BH ku, sehingga kini terlihat toketku yang masih mengkel.

“Wah.., kamu bener-bener cantik Va...” kata Om Agung.

Ku lihat mata Om Agung tak berkedip melihat toketku, dan aq hanya tertunduk malu. Setelah aku tidur terlentang di tempat tidur, dengan hanya mengenakan rok mini saja, Om Agung mulai memeriksaku. Ditempelkannya stetoskop itu didadaku, terasa dingin, lalu Om Agung menyuruhku bernafas beberapa kali, setelah itu Om Agung melepas stetoskopnya. Kemudian sambil tersenyum kepadaku, tengan Om Agung menyentuh lenganku, lalu mengelus-elus dengan halus.

“Wahh.. kulit kamu bener-bener halus ya, Va.. kamu pasti rajin perawatan” katanya. Aku diam aja, aku hanya merasakan sentuhan dan elusan halus dari Om Agung.

Kemudian elusan itu itu bergeser ke pundakku. Setelah itu tangan Om Agung bergeser ke bawah mengelus perutku. Aku hanya diam aja merasakan perutku di elus-elusnya, sentuhan Om Agung bener-bener terasa halus, dan lama kelamaan terus terang aku mulai jadi agak terangsang oleh sentuhan tangan Om Agung, sampai bulu-bulu tanganku merinding di buatnya.

Lalu Om Agung menaikkan elusanya ke pangkal bawah toketku yang masih mengkel itu, mengelus memutarinya, lalu mengelus toketku. Ihh.., baru pertama ini aku merasakan yang seperti itu, rasanya lembut, halus, dan geli, bercampur menjadi satu. Namun tak lama kemudian, Om Agung menghentikan elusannya. Dan aku kira… yah, hanya sebatas ini perbuatannya. Tapi kemudian Om Agung bergerak ke arah kakiku.

“Nah.. sekarang Om Agung mau periksa bagian bawah ya…” katanya.

Setelah dielus-elus seperti tadi yang terus terang membuat aq agak terangsang, aku hanya bisa menangguk pelan saja. Saat itu aku masih mengenakan rok miniku, namun tiba-tiba Om Agung melorotkan CD ku. Tentu saja aq sangat terkejut.

“Lho.., Om kok CD Nova dilepas..?” kataku dengan gugup.

“Kan mau diperiksa.., pokoknya Nova tenang aja… dijamin aman” katanya dengan lembut sambil tersenyum, namun tampaknya mata dan senyum Om Agung penuh maksud tersembunyi. Tapi waktu itu aku sudah tak bisa berbuat apa-apa.

Setelah CD ku dilepas oleh Om Agung, Om Agung duduk bersimpuh di hadapan kakiku. Matanya tak berkdedip melihat memekku yang mungil, dengan bulu-bulu lembut dan tipis. Lalu keduaku diangkat dinaikkan ke pahanya, sehinnga pahaku meumpang di atas paha Om Agung. Lalu Om Agung mulai mengelus betisku, lembut dan halus sekali rasanya, lalu diteruskan dengan perlahan meraba bagian paha atasku, lalu ke paha bagian dalam. Hiii…, aku jadi merinding berat rasanya.

“Ooommhh..” suaraku lirih.

“Tenang Nova sayang.., pokonya nanti kamu akan merasa nikmat..” katanya sambil tersenyum. Om Agung mengelus halus selangkanganku, perasaanku makin tak karuan rasanya. Lalu, dengan jari telunjuknya, Om menggesekkan ke bibir memekku dari bawah ke atas. “Aaghhh..Oommm..” jeritku lirih.

“Ssstt..hmm.. enak.. kan…?” katanya.

Mana mampu aku menjawab, malahan Om Agung mulai meneruskan gesekkan jarinya berulang-ulang. Tentu aja ini membuatku bertambah tak karuan, aku menggeliat-geliat kesana kemari.

“Ssshhhh… oohhh.. Oomm.. ohhhh..” erangku terdengar lirih, dunia serasa berputar-putar, kesadaranku melayang entah kemana. Memekku rasanya sudah basah sekali karena aku memang bener-bener sudah sangat terangsang.

Setelah Om Agung merasa puas memainkan memekku dengan jari-jarinya, Om Agung menghentikan sejenak permainan itu, tapi kemudian wajah Om Agung di dekatkan ke wajahku, aku yang belum sama sekali, dengan pikiran antara sadar dan tak sadar, hanya bisa melihatnya pasrah tanpa mengerti apa yang sebenrnya sedang terjadi.

Wajah Om Agung semakin dekat dengan wajahku, kemudian bibir Om Agung mendekati bibirku, lalu Om Agung menciumku dengan lembut, rasanya geli, lembut, dan basah. Namun Om Agung bukan hanya mencium, Om Agung lalu melumat habis bibirku sambil memainkan lidahnya, hiii.., saranya semakin geli.., apalagi ketika lidah Om Agung memancing lidahku, sehingga aku tak tau kenapa, secara naluri jadi terpancing, sehingga lidahku dengan lidah Om Agung saling membelit, tentu saja aku tambah semakin nikmat kegelian.

Tak lama kemudian Om Agung mengangkat wajahnya dan memundurkan tubuhnya, Entah permainan apa lagi yang akan diperbuatnya pikirku, aku toh sudah pasrah. Dan eh.., gilak.., tiba-tiba tubuh Om Agung dimundurkan ke bawah dan Om Agung tengkurap di antara kedua kakiku yang otomatis mengangkang, kepala Om Agung tepat di atas memekku dan Om Agung dengan jepat menyeruakkan kepalanya ke selangkanganku, kedua pahaku dipegangnya diletakkan di atas pundaknya, sehingga kedua paha bagian dalamku seperti menjepit kepala Om Agung.

Aku benar-benar terkejut dan mencoba memberontak, akan tetapi kedua tangan Om Agung memegang pahaku denga kencang, lalu tanpa sungkan-sungkan lagi Om Agung mulai menjilati bibir memekku.

“Auwhh..Ooommmm..!” jeritku, walaupun lidah Om Agung terasa lembut, namun jilatan Om Agung terasa menyengat memekku dan menjalar ke sekujur tubuhku, namun Om Agung yang sudah pengalaman itu, justri menjilati habis-habissan bibir memekku, lalu lidah Om Agung masuk ke dalam memekku, dan menari-nari di dalam memekku.

Lidah Om Agung menjilat-jilat seleuruh dinding memekku. Tentu aja aku makin menajdi-jadi, tubuhku mengelinjang-gelinjang dan terhentak-hentak. sedangkan kedua tanganku mencoba mendorong kepala Om Agung dari memekku, Akan tetapi usahaku itu sia-sia aja, Om Agung terus melakukan aksinya dengan liar. Aku hanya bisa merintih menjerit tak karuan.

“Ogghhhh.. oommm… jangann.. teerruusskannn oomm..,.. ituu.. aaa..aaku..nggaakk.. maauuu… geliii.. sudahh…. oohhh!!!”

Aku menggleinjang-gelinjang tak karuan, menggeliat kesana kemari antara mau dan tidak biar pun ada perasaan menolak akan tetapi rasa geli, bercampur dengan kenikmatan yang luar biasa sangat mendominasi seleuruh sekjuru tubuhku. Om Agung dengan kencang memeluk kedua pahaku di antara pipinya, sehingga walaupun aku menggeliat kesana kemari, namun Om Agung tetap mendapatkan yang Om Agung inginkan.

Jilatan lidah Om Agung bener-bener membuatku bagaikan orang lupa daratan, memekku sudah bener-bener becek dibuatnya, hal ini membuat Om Agung menjadi semakin liar, Om Agung bukan cuma menjilat-jilat, bahkan menyedot menghispa memekku dengan kuat, membuatku jadi semakin kelojotan. Kemudian Om Agung menghentikan sejenak jilatannya. Dengan jarinya Om Agung membelah bibir memekku, lalu disorongkan sedikit ke atas. Aku saat itu tidak tau apa maksud Om Agung, rupanya Om Agung mengicar klitorisku. Lalu dijilatinya klitorisku.


“Eemmhhh..” tentu aja aku menjerit kencang sekali, aku merasa seperti kesetrum, karena ternyata itu bagian yang paling sensitif buatku. Begitu kagetnya aku merasakannya, aku sampai mengangkat pantatku. Om Agung malah menekan pahaku ke bawah, sehingga pantatku nempel lagi ke kasur, dan terus menjilati klitorisku sambil di sedot-sedotnya.

“Aauwh… Oomm.. oohhhh… oohhh!” jeritanku semakin liar. Tiba-tiba aku merasa sesuatu yang terama sangat, yang ingin keluar dari dalam memekku, rasanya seperti mau pipis, dan aku tak kuat menahannya, namun Om Agung yang sepertinya sudah tau, malahan menyedot klitorisku dengan kencangnya.

“Ooommmmm…., aaaaahh!” tubuhku terasa tersengat listrik bertegangan tinggi, sekujur tubuhku mengejang, tak sadar kujepit dengan kuat kepala Om Agung dengan kedua pahaku di selangkanganku. Lalu tubuhku bergetar kuat bersamaan dengan keluarnya lendir kenikmatanku, dan tampaknya Om Agung tidak menyia-nyiakan dihispanya memekku, dihisapnya seleruh lendir kenikmatanku. Tulang-tulangku terasa luluh lantak, lalu tubuhku terasa lunglai. Aku tergolek lemas.

Om Agung kemudian bangkit dan mulai melucuti pakaianya. Aku, yang baru pertama kali mengalami orgasme, merasakan tubuhku lemas tak bertenaga, sehingga hanya bisa memandang saja apa yang sedang dilakukan Om Agung. Mula-mula Om Agung melepas bajunya yang dilemparkan ke lantai, kemudian dengan cepat dia melepas celananya, sehingga kini sekarang dia hanya mengenakan celana dalam aja.

Aku agak ngeri melihat tubuh Om Agung yang tinggi besar itu tidak berpakaian. Akan tetapi ketika tatapan mataku secara tidak sengaja melihat ke bawah, aku sangat kaget melihat tonjolan besar yang masih tertutup oleh celana dalamnya, mencuat ke depan. Om Agung mulai melorotkan celana dalamnya ke bawah perlahan-lahan, sambil matanya terus menatapku.

Pada waktu Om Agung membungkuk untuk melepas celana dalamnya dari kedua kakinya, aku belum melihat apa-apa, akan tetapi begitu Om Agung kembali berdiri tegak, jantungku langsung berdgup kencang dan mukaku menjadi pucat kerena terkejut melihat benda yang berada di antara paha atas Om Agung. Benda tersebut besar dan panjang dengan bagian ujungnya membesar bulat berbentuk topi baja tentara.

Benda tersebut berdiri tegak menantang kearahku, yang panjangnya sekitar 19cm dengan lingkaran 6cm, bagian ujung kepalanya membulat besar dengan warna kehitam-hitamman mengkilat dan pada bagian tengahnya berlubang dimana terlihat ada cairan pada ujungnya. Rupanya begitu yang disebut penis laki-laki, tampak menyeramkan. Aku menjadi ngeri, sambil menduga-duga, apa yang akan dilakukan Om Agung terhadapku dengan penis itu.

Melihat ekspresi wajahku itu, Om Agung hanya tersenyum-senyu aja dan tangan kirinya memegang batang penisnya, sedangkan tangan kanannya mengelus bagian kepala penisnya yang keliatan makin mengkilap saja. Om Agung kemudian melangkah mendekat ke arahku yang masih tidur terlentang lemas di atas ranjang. Kemudian Om Agung menarik kedua kakiku, sehingga menjulur ke lantai sedangkan pantatku berada tepat di pinggir ranjang. Kedua kakiku dikangkangkannya, sehingga kedua pahaku terbuka lebar. Aku tak bisa berbuat apa-apa, karena tubuhku masih terasa lemas. Mataku hanya bisa mengikuti apa yang sedang dilakukan Om Agung.

Kemudian Om Agung mendekat dan berdiri di tengah-tengah kedua pahaku yang sudah terbuka lebar. Dengan berlutu di lantai di tengah-tengah pahaku, penisnya tepat berhadapan dengan memekku yang sudah terkangkang itu. Tangan kiri Om Agung memegang pinggulku dan tangan kananya memegang batang penisnya. Kemudian Om Agung menempelkan kepala penisnya pada bibir memekku yang belahannya kecil dan masih tertutup rapat. Kepala penisnya yang besar itu mulai di gesek-gesekkannya sepanjang bibir memekku, sambil ditekannya pelan-pelan.

Suatu perasaan aneh mulai menjalar ke sekujur tubuh, tubuhku terasa panas dan memekku terasa mulai mengembung, aku agak menggelinjang-gelinjang kegelian atas perbuatan Om Agung itu dan rupanya reaksiku itu makin membuat Om Agung makin terangsang. Dengan mesra Om Agung memelukku, lalu mencium bibirku.

“Gimana Va.., enak kan..? bisik Om Agung ditelingaku, namun aku sudah tak mampu menjawabnya, nafasku tinggal satu-satu, aku hanya bisa mengangguk sambil tersipu malu. Aku sudah tak berdaya diperlakukan begini oleh Om Agung dan tak pernah ku sangka, karena sehari-hari Om Agung sangat sopan dan ramah.

Selanjutnya Om Agung merangkulkan tanganya ke pundakku dan yang satunya memegang batang penisnya sambil digesek-gesekkan ke bibir memekku, hal ini makin membuatku menjadi lemas ketika merasakan penis besar itu menyentuh bibir memekku, aku merasa takut tapi kalah dengan nikmatnya permainan Om Agung, di samping pula ada perasaan bingung yang melanda pikiranku.

Batang penis Om Agung yang besar itu sudah keras sekali dan kakiku makin direnggangkan oleh Om Agung sambil salah satu dari pahaku diangkat sedikit ke atas. Aku bener-bener setengah sadar dan pasrah tanpa bisa berbuat apa-apa. Kepala penis Om Agung mulai ditekan masuk ke dalam lubang memekku dan dengan sisa tenaga yang ada aq mencoba mendorong tubuh Om Agung untuk menahan masuknya batang penis itu, tapi Om Agung berkata tidak akan dimasukkan semua cuma di tempelkan saja. Aku membiarkan penisnya itu ditempelkan di bibir memekku.

Tapi tak lama kemudian dengan perlahan penisnya itu ditekan-tekan ke dalam lubang memekku, sampai kepala penisnya sedikit masuk ke bibir memekku. Memekku menjadi sangat becek, dengan sekali dorongan kepala penis Om Agung ini masuk kedalam lubang memekku, gerakan ini membuatku kaget karena tak menyangka Om Agung akan memasukkan penianya ke dalam memekku seperti apa yang dikatakan olehnya.

Tusukkan penis Om Agung ini membuat memekku terasa mengembang dan sedikit perih, seluruh kepala kemaluan Om Agung sudah berada di dalam lubang memekku dan selanjutnya Om Agung mulai menggerakan kepala kemaluannya keluar masuk dan selang sesaat aq mulai menjadi biasa lagi, perasaan nikmat mulai menjalar ke sekujur tubuhku, terasa ada yang mengganjal dan membuat memekku serasa penuh, tanpa sadar dari mulutku keluar suara,

“Emmhhhh… sshhhh.. oohh.. ohh.. oommm… nikmaattt… ommm.. nikmaattt!”

Aku mulai terlena oleh kenikmatan dan pada saat itu, tiba-tiba Om Agung menusuk batang kemaluannya dengan cepat dan kuat, sehingga batang kemaluannya menerobos masuk lebih dalam lagi dan merobek selaput darahku dan aku pun menjerit kencang karena terasa sakit pada bagian dalam memekku oleh batang kemaluan Om Agung yang terasa membelah memekku.

“Aauuwwwhhhh… sakit banget oommmm… sudahh ommm sudahhhh… jangannnn.. diterussiinn” aku meratap dan kedua tanganku mencoba mendorong tubuh Om Agung, tapi sia-sia saja. Om Agung mencium bibirku dan tangannya yan lain mengelus-elus toketku untuk menutupi teriakan dan menenangkanku.

Tangan yang lain menahan kuat bahuku sehingga aku tak dapat berkutik. Tubuhku cuma bisa mengeliat dan pantatku kucoba menarik keatas tempat tidur untuk menghindari tekanan batang kemaluan Om Agung ke dalam lubang memekku, tapi karena tangan Om Agung menahan pundakku, maka aku tak bisa menghindari masuknya batang kemaluan Om Agung lebih dalam ke lubang memekku.

Rasa sakit masih terasa olehku dan Om Agung membiarkan batang kemaluannya diam saja tanpa bergerak sama sekali untuk membuat memekku terbiasa dengan batang kemaluannya yang besar panjang itu. “Om Agung.., kenapa dimasukkin semua, kan.., janjinya cuma digesek-gesek aja?” kataku melas, tapi Om Agung diam hanya senyum-senyum saja.

Aku merasakan batang penis Om AGung itu, terasa besar dan mengganjal saranya memenuhi selurung lubang memekku. Serasa sampai ke perutku karena panjangnya batang kemaluan Om Agung tersebut. Saat aku sudah mulai tenang, Om Agung kemudian mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur batang kemaluannya mengocok memekku.

Tubuhku terhentak-hentak dan mengglepar-glepar, sedang dari mulutku hanya bisa keluar,”Ssshhh… mmhhhh… aghh.. aaghhh” dan tiba-tiba perasaan dahsyat melanda kesekujur tubuhku, bayangan hitam mentupi seluruh pandanganku, sesaat kemudian kilatan cahaya serasa berpendar dimataku. Sensasi itu sudah tak dapat dikendalikan lagi oleh pikiran normalku, sekujur tubuhku diliputi sensasi yang siap meledak.

Toketku terasa mengeras dan outingku mengang ketika sensasi itu kian menguat, membuat tubuhku menglepar-glepar di atas ranjang. Seluruh tubuhku meledak dalam sensasi, jari jariku menggenggam erat sprei ranjang, tubuhku mengejang, meronta dibawah tekanan tubuh Om Agung ketika aku mengalami orgasme yang sangat dahsyat. Aku merasakan kenikmatan berdesir dari memekku, menghantarkan rasa nikmat ke sekujur tubuhku selama beberapa detik terasa tubuhku melayang-layang dan tak lama kemudian terasa terhempas lemas tak berdaya, tergeletak lemas di atas ranjang.

Melihat kondisiku Om Agung makin terangsang, sehingga dengan buasnya dia mendorong pantatnya menekan pinggulku rapat-rapat, sehingga seluruh batang kemaluan Om Agung terbenam di lubang memekku. Aku hanya bisa menggelinjang lemah karena setiap tekanan yang dilakukannya, terasa klitorisku tertekan dan tergesek-gesek oleh batang kemaluan Om Agung yang besar dan panjang itu. Hal ini menimbulkan kegelian yang tidak terperikan. Hampi 60 menit lamanya Om Agung mempermainkanku sesuka hatinya, dan saat itu pula aku beberapa kali maraih orgasme dan setiap terjadi, selama satu menit aku merasakan memekku berdenyut-denyut dan mencengkram kuat batang kemaluan Om Agung, sampai akhirnya pada suatu saat Om Agung berbisik dengan sedikit tertahan”

“Aaghh.. Nova.. Nova.. aakkuuu.. mauu.. keluaarrrr!! Aagghhh… Oghhhh…Ouuugghhhh!”. Tiba-tiba Om Agung bangkit dan menarik keluar batang kemaluannya dar lubang memekku. Sedetik kemudian, “Croott.. crott.. crott” pejuhnya menyembur di atas perutku. Tanganya dengan gerakan cepat mengocok-ngocok batang kemaluannya seolah ingin mengeluarkan semua pejuhnya tanpa sisa.

“Ooohhhhh…” Om Agung mendesis panjang dan kemudian menarik nafas dengan lega. Dibersihkannya pejuh yang berceceran diperutku. Setelah itu kami berdua tergeletak lemah sambil mengatur nafas kami yang masih terengah-engah sewaktu mancapai puncak kenikmatan tadi. Dipandangi wajahku yang masih penuh dengan peluh untuk kemudia disekanya. Dikecupnya bibirku dan tersenyum.

“Makasih Nova sayang..” bisik mesra Om Agung. Dan akhirnya aku yang sudah benar-benar lemas terlelap di pelukan Om Agung. Setelah kejadian itu, pada mulanya aku benar-benar terasa gamang, perasaan-perasaan aneh menyelimuti diriku, walaupun ketika waktu itu, saat aku bangun dari tidurku Om Agung berupaya menenangkan dengan halus.

Namun entah mengapa, setelah beberapa hari kemudian, kok rasanya aku jadi kepengen lagi, memang kalau diingat-ingat sebenranya nikmat juga sih. Jadi sepulang sekolah aku mampir ke rumah Om Agung, tentu saja aku malu untuk mengatakannya, aku hanya pura-pura ngobrol sana sini, sampai akhirnya Om Agung menawarkan lagi untuk berhubungan intim, barulah aku menjawabnya dengan mengangguk malu.

Tidak ada komentar