Hasratku Wanita

Mesum Dengan Janda Kembang Yang Memiliki Birahi Sex Sangat Agresif


Cerita Skandal Sex Janda | Akhirnya waktu telah tiba dan aku harus bersiap-siap untuk ke kota baru, untuk tugas karena statusku sekarang adalah karyawan baru, pukul 7 lewat 30 menit pagi aku sudah siap di kereta api yang menghantarku ke kota tujuan, sesampainya di kota tersebut aku menyewa becak karena dari stasiun dengan hotel sangat dekat sekali, sesampainya di hotel dan istirahat, semalan saat dikereta aku belum makan jadi setalah beristirahat aku cari makan.

Namun ketika keluar dan akan mengunci pintu kamar, aku terkejut melihat beberapa wanita memakai pakaian swimsuit melintas dibelakangku. “Ada apa gerangan?”, dalam hati aku bertanya. Rasa ingin tahuku begitu besar, sehingga membuat perutku rasanya menjadi kenyang. Aku coba mengikuti para wanita tersebut dari belakang dan.., wowww.., betapa bahenolnya pantat mereka. Sesaat aku berhenti dan.., ternyata mereka adalah pengujung biasa yang hanya ingin latihan fitness.

Beberapa saat aku memperhatikan mereka, dan ketika itu juga terdengar suara wanita menggoda menyapaku “Mau fitness juga Mas?”, aku mencoba berbalik badan.., ya ampun!, seorang wanita memakai swimsuit warna pink dengan body yang aduhai dan mempunyai rambut lurus terurai hingga pundak menghampiriku sambil tersenyum.

“Wah senyumnya begitu menggoda pikirku dalam hati”, hingga aku sejenak terdiam bagai patung tapi biji mataku berjalan dari atas ke bawah memperhatikan wanita tersebut yang mempunyai kaki begitu panjang dan indah. “Ohh.., tidak!, hanya lihat-lihat saja”, jawabku.

“Mas.., dari mana?”, wanita tersebut kembali bertanya.

“Kota Malang.., saya sedang tugas ke sini, dan kebetulan saya menginap di hotel ini, anda sendiri sedang apa disini?” aku memberanikan diri balik bertanya.

“Sebenarnya aku ke sini mau fitness, tapi sudah full.., jadi aku mengubah rencana ingin berenang saja, kebetulan kolam renangnya bersebelahan dengan ruangan fitness”.

Kesunyian memecahkan pembicaraan kami sejenak.., dan “Oh, ya.., namaku Supri.., kalau kamu siapa?”, aku mencoba berkenalan.

“Namaku Ningsih.., aku orang Jakarta, aku kuliah di sini, aku sering ke hotel ini hanya untuk fitness dan berenang” jawab Ningsih.

“Kalau begitu kita sama-sama saja ke kolam renang”, aku coba mengajak.

“Emang Mas Supri mau berenang juga ya..”, tanya Ningsih. Aku terkejut sambil menelan ludah.., gawat! aku kan nggak bisa berenang yachh.., “, pikirku dalam hati.

“Oh, tidak.., tidak! kamu saja yang berenang, aku pesan makanan dan minuman, kebetulan aku belum sarapan”, jawabku sambil memanggil pelayan.

“Oke dech kalau begitu.., Ningsih sekalian minta minuman berenergi boleh nggak..?”.

Langsung aku jawab, “Boleh-boleh.., mau berapa botol?”, dan byuurr Ningsih menjatuhkan badannya yang seksi itu ke kolam”, aku pesan satu botol saja yach..”, jawab Ningsih manja dari dalam kolam.

Setelah 35 menit Ningsih baru beranjak dari kolam renang dan langsung glek.., glek.., glek.., satu botol kecil minuman berenergi langsung kering diteguk Ningsih. “Pantas Ningsih mempunyai body begitu aduhai, dan pasti mempunyai gairah seks yang tinggi”, aku mengira-ngira.

“Mas Supri, berapa lama di sini?”, tanya Ningsih sambil mengusap-usap rambutnya dan menjatuhkan pantatnya di kursi malas di sampingku. “Enggak lama kok, hanya 2 hari” jawabku berbohong, padahal aku harus 1 bulan menetap di kota A, karena tugas yang akan aku lakukan cukup berat.

Angin sepoi-sepoi mengusap pembicaraan kami berdua, rasanya kami sudah cukup akrab meskipun perkenalan kami baru berlangsung beberapa jam dan tak terasa waktu menunjukan pukul 9 lewat 40 menit pagi.

“Kamu mandi dan ganti pakaian di kamarku saja”, aku memberanikan diri memberi tawaran pada Ningsih yang sejak tadi melonjorkan badannya dengan tangan ke atas sehingga dengan bebas bulu ketiaknya menari-nari tertiup angin.

“Boleh dech..”, jawab Ningsih singkat. Sampai di kamar, timbul rasa birahiku karena tergoda bentuk tubuh Ningsih yang menggigit seluruh persendianku.

“Mas Supri.., nanti malam Ningsih boleh ke sini nggak?, karena sekarang aku mau kuliah dulu, Mas juga kan mau tugas dulu kan..?”, tanya Ningsih ketika keluar dari kamar mandi dengan pakaian sudah rapi. Pertanyaan Ningsih itu sekaligus mengundang ribuan setan mempengaruhi pikiranku mencari akal untuk merayu Ningsih agar dapat aku setubuhi.

“Boleh Ningsih.., datang saja”, jawabku sambil memegang pundak Ningsih yang mempunyai umur 24 tahun tinggi badan 168 cm. Ningsih diam saja saat aku pegang pundaknya, malah dia menatapku tajam. Aku tak berdaya akan tatapan matanya yang begitu indah. Suasana hening.., dan perlahan aku goyangkan kepalaku untuk mencoba menyentuh bibirnya.

“Jangan Mas.., aku sudah pakai lipstik, nanti berantakan lagi” jawab Ningsih menolak dengan halus. Aku jadi penasaran, tapi aku yakin daritatapan matanya tersembunyi ada kesan frustasi dalam diri Ningsih, tapi aku tidak mau mencoba berusaha tau ada apa sebenarnya yang terjadi tehadap diri Ningsih. Karena pikiranku sudah kacau termakan keindahan lekuk tubuh Ningsih yang begitu menggoda.

“Ting tong.., ting tong.., ting tong..”, tepat pukul 7 lewat 20 menit malam suara bell kamar berbunyi 4 kali, aku segera menghampiri pintu dan saat kubuka.., wuuaahh kulihat Ningsih berdiri manis dengan mengenakan gaun tipis panjang warna biru muda dengan tali kecil di pundak hingga terlihat anggun. Terlihat bercak dua bulatan BH di dadanya dan celana dalam mungil yang tembus pandang tersorot lampu utama saat aku nyalakan.

“Mau mengajak jalan ke mana yach..? Kalau ke disco tidak mungkin, pasti makan malam, sebab Ningsih mengenakan pakaian resmi untuk pesta”, dalam hati aku bertanya-tanya.

“Masuk Ningsih.., aku masih pakai handuk dan mau ganti pakaian dulu, aku baru selesai mandi”, jawabku sambil menarik tangan Ningsih yang mulus putih bersih.

“Bleekk!” pintu kamar kututup dan.., terkejut aku tiba-tiba jemari lentik nan lembut memegang jemariku yang kasar yang setiap hari memegang obeng dan solder ketika aku mengunci pintu.

Aku berbalik badan dan sambil berdiri langsung aku belai rambut Ningsih yang halus lurus terurai.., aku teruskan belaianku ke wajah Ningsih yang berbentuk oval dan terlihat ada rasa penyesalan bercampur keputus-asaan juga keinginan untuk melakukan persetubuhan yang paling melekat.., kulanjutkan belaianku menyusuri pundak.

“Ohh Mas..”, jawab Ningsih lirih sambil memejamkan matanya isyarat meminta untuk dicium. Aku tatap bibirnya tidak berwarna merah muda lagi saat Ningsih pakai di siang hari tadi, mungkin ini menandakan aku boleh menciumnya.


Aku dekap Ningsih dengan mesra seperti layaknya seorang istri di malam pertama. Dengan lembut aku hunjamkan ciuman dengan deras ke bibir Ningsih yang tipis menggoda. Tak disangka.., Ningsih membalas dengan menjulurkan lidahnya kedalam mulutku dan memainkannya dengan lihai. Aku segera membelai dan menciumi tengkuk leher panjang Ningsih sampai pundak dan.., ting..!, aku lepas taligaunnya, hingga gaun terusan sampai kaki itu terjatuh ke lantai.

Kini hanya BH ukuran 37C tanpa tali ke pundak yang ada di hadapanku siap aku mangsa. “Ahh.., ouuhh.., Mass.., beri Ningsih kepuasan..” terdengar suara Ningsih meminta dengan pasrah yang saat itu juga terdengar degupanjantung Ningsih yang berdetak keras dengan nafas terengah-engah apalagi disaat aku mencoba membuka BH-nya yang yang tipis berwarna putih.

Woowww.., indah sekali buah dada Ningsih yang menonjol ke depan dengan puting kecil dan dikelilingi aurora yang kecil pula dan penuh kehangatan itu. “oouuhh.., Mass.., isap.., isap dong Mass Supri..” pinta Ningsih memelas.

Aku langsung melahap dua buah gunung kembar itu dengan hisapan dan jilatan yang liar sehingga membangunkan kemaluanku yang bersembunyi dibalik handuk, sepertinya kemaluankupun sudah tidak sabar menggedor-gedor dan menjatuhkan handuk hingga aku kini telanjang bulat.

Aku semakin gencar melancarkan serangan ke seluruh tubuh Ningsih yang wangi khas parfum true love, aku meremas buah dada kiri Ningsih dan menjilati buah dada kanan Ningsih. Ningsih mendengus keenakan dan membuang kepalanya ke belakang dengan otomatis dadanya membusung ke depan dan makin tampak pula keindahan buah dadanya yang menonjol membesar.

“Terus Mass.., ouugghh.., yang keras isapnya Mass..”, Ningsih memaksa. Perlahan aku pelorotkan CD NIngsih yang tipis berwarna putih dan berbunga di tengahnya hingga dengkul dan tanpa dikomando aku telah benamkankepalaku di hadapan liang kewanitaan Ningsih yang tersembunyi dibalikbulu-bulu halus yang lebat tak terkira.

Ohh.., honey.., please go on.., ouuhh.., sepertinya Ningsih kurang bebas, akhirnya dia pelorotkan sendiri CD-nya sampai kini dia benar-benar bugil tanpa sehelai benang pun menempel di tubuh indahnya itu. Sambil berdiri Ningsih membuka kakinya lebar-lebar untuk menyerahkan lubang kenikmatannya yang menganga agar segera dijilat.

“Ssstt.., sluupp.., eehhmm.., ohh.. Ningsih betapa sempitnya memekmu”, pikirku yang terus membungkuk dan menjilati clitoris Ningsih yang nangkring di pintu gua yang penuh misterius namun penuh kenikmatan itu. “Ougghh.., oouuhh.., eehhmm..” Ningsih mendesah dan.., sseerr.., cairan mani membanjiri liang kewanitaan yang membuatku semakin mudah meluncurkan kemaluanku untuk menembus liang kewanitaan Ningsih.

Kebangkitan birahi Ningsih makin membara dan mulai memutar-mutarkan pantatnya yang gempal dan bulat seirama dengan jilatan lidahku yang lincah menari-nari di sekitara clitoris dengan sekali-sekali memasukan lidahku ke dalam gua yang gelap gulita. Ningsih menggelinjang keenakan. Aku begitu merasakan kenikmatan begitupun Ningsih yang menarik-narikrambutku dengan ganas.., bagai seorang wanita yang sudah lama haus menantikan kenikmatan yang tiada tara itu.

 “Oohh.., honey masukin cepat kemaluannya”, pinta Ningsih tak sabar sambil menjatuhkan kedua tangannya ke sofa dan menjulurkan pantatnya ke belakang dengan kaki mengangkang. Kini Ningsih dalam posisi berdiri menungging kebelakang siap menerima kemaluanku dari belakang. Sleebb.., kemaluanku menembus lorong gelap menuju singgasananya dengan perlahan.

“Oouuhh.., nikmat sekali Maass.., terus perlahan Maass.., acchhkk.., jangan berhenti Maass..” Ningsih memohon lirih, diputar-putarkan pantatnya dari kiri ke kanan dan sebaliknya, sehingga rasa geli menyelimuti kemaluanku yang keluar masuk di liang senggama Ningsih yang sempit tapi lembut.

Aku semakin mengganas tatkala aku dengar desahan Ningsih yang tiada hentinya. “Oouugghh.., acchhkk.., yang cepat.., yang keras.., Mass.., Mass.., oouugghh.., Maass..!”. Seerr.., terasa basah mengguyur kemaluanku yang masih berdiri tegak itu.

Sehingga terdengar bunyi clep.., clep.., liang surga NIngsih mulai becek, Ningsih mengeluarkan kemaluanku dan.., slupp.., sluupp.., sstt.., Ningsih langsung melahap kemaluanku dan mengisap dengan rakusnya, sesekali diajulurkan lidahnya untuk menjilati dua buah biji kemaluanku hingga lubang anus yang membuatku mengelinjang kegelian.

Setelah puas memainkan kemaluanku, sepertinya Ningsih meminta kembali untuk diserang dan dia menarikku ke kamar mandi hingga ke bath tab dengan memegang kemaluanku. Aku seperti kerbau dungu yang mau menurutiperintah tuannya, namun jika kerbau yang ditarik hidungnya, tapi aku yang ditarik kemaluanku yang sedang menegang.

Ningsih membuka kran air dingin tanpa air panasnya, jadi terasa dingin sekali tatkala kami berdua menjatuhkan diri kedalam bath tab tersebut.., namun tidak mengecilkan semangat kemaluankku yang masih terus menjulang tegang. Ningsih menutup air kran setelah bath tab terisi sedikit sekedar membasahi alas bath tab. Ningsih kembali menjilati kemaluanku.., selangkanganku.

Aku tidak mau kalah, akhirnya aku bangkit dan aku tidur kembali membalikkan tubuhku sehingga kepalaku kini berada tepat di depan liang kewanitaan Ningsih yang telah dari tadi menganga minta dijilat. Dalam keadaan posisi 69, Ningsih berada di bawah dengan kaki merenggang diangkat ke sisi-sisi bath tab, NIngsih mengangkat pantatnya sambil digoyang-goyang dengan dengan cepat karena semakin geli oleh jilatan lidahku yang menusuk-nusuk hingga dalam.

“Oouuhh.., Maass.., masukin dong sayang.., Ningsih sudah nggak tahan nich..”, NIngsih mengeluh minta dimasukin. Akhirnya kami merubah posisi, giliran Ningsih yang berada di atas, sedang aku di bawah. Dengan posisi berjongkok Ningsih langsung menangkap kemaluanku dan menuntunnya masuk kedalam lubangnya yang sudah basah dengan campuran mani dan air kran juga air ludahku.

Sleebb.., sleebb.., perlahan Ningsih menaik-turunkan tubuhnya sambil memegang dadaku yang plontos tanpa bulu sedikit pun. Aku lihat mata Ningsih merem-melek keenakan sambil mengigit-gigitkan bibirnya yang mungil itu dengan sesekali mendesah.

“Aahh.., acchh.., oouucchh.., Mass.., nikmat sekali, kamu hebat mass.., bisa bikin aku puas.., oouuhh! acchh..! uuhh.., baru kali ini aku merasakan kepuasan.., oouugghh..!”, Ningsih mengerang merasakan kenikmatan yang tiada tara.

Ningsih semakin mempercepat gerakannya dan terdengar suara bleb.., bleb.., yang begitu keras antara pantat NIngsih yang besar dengan pahaku, berpadu dengan suara teriakan Ningsih yang meminta ampun merasakan ngiluatas gesekan kemaluanku dengan liang kewanitaan Ningsih.

“Mass Supri.., Ningsih mau keluar lagi.., kita keluarin sama-sama yach say..?”, pinta Ningsih lagi memelas dengan suara sedikit gemetaran menahan rasa nikmat yang segunung. “Ouugghh.., honey.., aku mau keluar.., ayo sayang.., lebih cepat, lebih cepat lagi sayang.., ouugghh..!”, aku mendengus. “oouuhh..,. aacckkhh..!!”, Ningsih berteriak keras sambil menggaruk dadaku kuat-kuat. merasakan kenikmatan dunia yang hebat itu.

Cret.., cret.., cret.., cret.., cairan maniku membasahi lubang kenikmatan Ningsih dan terasa becek sekali, tapi rasa itu menghilang dengan secara mendadak kemaluanku yang masih mendarat di lubang kemaluan Ningsih dipijit dengan keras oleh liang senggama Ningsih yang kembang kempis.

“Terima kasih ya Mas Supri.., sudah memberi kepuasan kepada Ningsih” ucapan Ningsih membisik di telingaku dan Ningsih langsung terkulai lemas di atas tubuhku dan tanpa sadar dia terbaring lelap dengan keadaan telanjang bulat, indah dan mulus sekali tubuhnya walau sudah 3 kali orgasme, bau aroma True Love-nya pun tetap melekat di tubuhnya.

Aku peluk tubuhnya dengan mesra dan akupun mulai tertidur, sebelumnya aku buka penyumbat air bath tab supaya airnya mengalir keluar dan tidak menggenang di dalam bath tub. “Kalau airnya nggak dibuang bisa masuk angin aku.., apalagi dalam keadaan capek begini”, pikirku dalam hati. Kamipun tertidur lelap sampai pagi di dalam bath tab.

Ternyata Ningsih wanita yang menikah di usia muda dan melanjutkan kuliah di kota “Malang”, tapi tidak pernah mendapatkan kepuasan seks dari suaminya, karena kemaluan suaminya impoten. Pada akhirnya mereka berpisah dan status ningsih saat ini janda kembang yang belum memiliki anak dari suaminya.

Tidak ada komentar